Sabtu, 30 Oktober 2010

Rancangan Buku Baru- Masukan Judul ya!

Kita manusia diciptakan-Nya sebagai makhluk paling sempurna dibanding makhluk lainnya. Akal pikiran, budi, dan perasaan dikaruniakan atas kita. Di dunia ini hidup adalah sementara ibarat menumpang makan dan tidur, hidup yang sesungguhnya ada di akhirat, ditempatkan yang sesuai dengan amal di dunia.
Sudah saatnya saling bersatu, bergandengan tangan, dan bekerja sama mewujudkan kebajikan. Karena lewat kebajikan hidup ini akan terasa lebih senang, tanpa ada rasa dengki, iri, dan dendam. Semua dapat terjadi karena kasih. Kasih yang menyatukan, membuat manusia dan sesame tersenyum. Aku ini bukan siapa-siapa, hanyalah manusia biasa, yang mengeluarkan sedikit pemikiran, ide, curhat, ke dalam goresan pena. Masih jauh dari mutiara berkilauan memberi cahaya terang. Keindahan mutiara begitu mempesona siapa saja yang melihatnya, tak sabar untuk dapat menyentuh dan memilikinya.
Teriring rasa senang dan sejuta harapan untuk kehidupan lebih baik,syair dan kisah kehidupan akan mewarnai kehidupan yang mulai terlihat semrawut, pucat, dan penuh intrik kekejian di dalamnya. Jadilah laksana lilin-lilin kecil, walau hanya lilin, namun jika lilin tersebut banyak maka akan memberikan terang. Matahari dan bulan tak akan bertemu, karena keduanya berada dalam masa berbeda. Begitu juga dengan kebajikan dan kekejian juga tak akan bersatu, meski susah kebajikan memenangkan pertandingan, namun dengan kesabaran, ketenangan, hati yang jernih, pada akhirnya kekejian akan kalah. Semua akan ada masanya, semua akan indah pada waktunya. Percayakah Anda? Saya percaya dan mulai merasakan bahwa dengan berbagi kebaikan, banyak manfaat positif yang akan kita dapat.
Dalam sajak ini akan Anda temukan kisah-kisah kehidupan, dan senandung tentang cinta dan kasih, saya hanya berbagi kebahagiaan dan curhat dalam halaman-halaman ini. Melebur menjadi satu kesatuan dan akan menghiasi hari-hari menjadi indah. Untaian bait-bait cinta merubah dirinya menjadi suatu metaformosa tentang optimisme, membangkitkan semangat baru, bagikan kasih yang tulus bagi sesama dan lingkungan.
“Dengan kasih yang menyala, akan memberikan cahaya terang laksana mutiara bagi sesame.” Segala sesuatu akan baik-baik saja, jika kita pikirkan hal tersebut secara positif dan baik, sebab Tuhan akan menjawab jawaban umat-Nya yang percaya disalurkan melalui alam dan lingkungan. Semoga lewat tulisan ini dapat membuka mata batin kita semua, untuk makin menebar kasih.





“Jika Anda ingin dihargai orang lain,,, belajarlah untuk dapat menghargai pendapat orang lain terlebih dahulu”



Sepertinya mudah hanya mengatakan kata kasih. Namun terkadang itu hanya di bibir saja, tidak keluar dari hati terdalam. Banyak di sekitar kita, yang dianggap sebagai orang bijak, baik, cukup terpandang, dan berjiwa sosial, itu semua hanya kedok untuk meningkatkan popularitas, dan nama baik. Tidak tulus keluar dari hati terdalam, tapi ini tidak berlaku buat semua orang.
Lewat tulisan ini saya tidak bermaksud menyindir orang tertentu, hanya ingin berbagi dan mengutarakan apa yang terjadi di lingkungan kita belakangan hari ini. Susah sekali menemukan orang baik, yang rela berkorban dan memiliki jiwa keikhlasan. Ada yang berkedok ingin posisi tertentu, atau ingin menguasai jabatan tertentu. Hal ini terjadi karena ada rasa iri, dan dengki melihat kesuksesan seseorang. Semua ini telah terjadi dan ada sejak jaman dulu, hanya dengan tampilan dan perbuatan lebih modern dengan strategi lebih mulus.
Ada sebuah kisah tentang 2 orang, seorang kaya, dan terpandang, satu lagi adalah ibu janda yang telah renta. Orang kaya ini cukup terpandang, baik, suka membantu masyarakat miskin di kampung sebelah. Setiap minggu sekali membagikan sembako kepada masyarakat kurang mampu tersebut. Namun, sayang kehidupan nya selalu tak tenang, banyak masalah dan beban berat di pikirannya. Tidur tak nyenyak, dan selalu gelisah.
“Apa salahku, ya Tuhan, mengapa aku selalu banyak pikiran, padahal aku sudah berbuat kebajikan buat masyarakat kurang mampu, sesuai ajaran-Mu?”
Satu lagi seorang ibu janda yang telah renta, hidup sederhana, wajahnya yang telah menua terasa mempesona tiap orang yang memandangnya, karena selalu membagikan senyum manisnya. Tak pernah terlihat di wajahnya kegelisahan, kesedihan, ia hiasi hari-harinya dengan berkebun di halaman belakang rumahnya, dari hasil kebun tersebut, ia berbagi dengan para tetangga nya, dan para remaja di desa tersebut mendapat pekerjaan untuk memasarkan hasil kebun ke kota.
“Tuhan, aku mengucap syukur pada-Mu, atas segalanya, meski hanya kebun yang kupunya, akan kukembangkan menjadi lebih besar sesuai talenta yang telah KAU berikan.”
Suatu saat diadakan pertemuan para keluarga di sebuah acara. Di acara tersebut Janda tua dan seorang kaya bertemu. Mereka berbincang-bincang, berbagi pengalaman hidup. Hingga suatu dialog serius terjadi : “Ibu, apa yang membuat Ibu selalu ceria, dan tersenyum, padahal hidup ibu sederhana, dengan sepetak kebun, tapi masih mau berbagi dengan para tetangga, apa semua nya cukup?”
Sang Ibu Janda hanya menjawab singkat : “Cukup, Nak.”
Seorang kaya bertanya lagi kepada Ibu, “Apakah ibu, sudah bahagia dengan kehidupan ini,”. Untuk kali kedua si janda menjawab dengan singkat : “Cukup bahagia, Nak.”
Si kaya bingung dengan 2 jawaban yang baru saja ia dengar, kata Cukup. Ia bergumal dalam hati, Aku yang bergelimang harta, masih kurang cukup dengan segalanya, kenapa ya, si janda kok merasa cukup.” Tiba-tiba pikirannya tersadar karena pertanyaan ibu janda. “Kenapa Nak, nampaknya hidup Anda tidak tenang, banyak pikiran dan gelisah?”
“Ya betul Bu, tapi saya sendiri belum mengetahui penyebab saya gelisah , banyak pikiran, dan tidur tak nyenyak.”
“Ibu, belum tahu, hanya Bapak saja yang mengetahui, tapi kalau boleh bertanya apakah ada sesuatu di balik semua perbuatan baik ini.”
Seorang kaya, hanya tertunduk, terdiam, dan berpikir sejenak. Ia mengakui apa maksud di balik semua perbuatan baik nya. “Masa laluku, penuh sakit hati, tak ada teman yang menghormati dan menganggap aku, aku berjuang seorang diri, hingga aku bisa sukses dan kaya seperti sekarang. Aku dermakan kekayaan, dan kubagikan ke masyarakat miskin, supaya mereka menghormati, dan menyanjung aku.”
“Aku ingin mendapat perhatian dan dihormati, apa itu salah Bu?” si Janda menjawab dengan bijak, masalah benar atau salah itu tergantung dari diri kamu, jika benar lakukan, jika salah jangan lakukan.” Si kaya semakin bingung dengan tanggapan Ibu tersebut, menurutnya ia sudah melakukan hal yang benar.
“Apa maksud Ibu dengan tanggapan tersebut?” tanya si kaya.
Janda menanggapi dengan senyuman, lakukan sesuatu dengan hati tulus, jika yang Bapak lakukan dengan tulus tanpa maksud tertentu, maka hidup Bapak akan terasa lebih ringan, dan tanpa beban.
Si kaya tertunduk malu dan mencoba introspeksi diri, dengan kata keikhlasan. Ia akan melakukan kebajikan dengan ikhlas. Kata bijak si ibu janda menyadarkan bahwa ia tak tenang karena selalu memikirkan besar amal bakti yang telah ia lakukan, dan untuk mengejar pengakuan dan penghargaan dari lingkungannya.




Salam Sahabat,
Ketika kita melakukan suatu kebaikan sebaiknya adalah dengan dorongan dari hati terdalam, ketulusan yang mengalir. Cahaya terang akan keluar, inner beuty akan terpancar. Tak terpandang oleh fisik, tampilan, tua, atau muda. Jika seseorang berbuat dengan ikhlas, maka keceriaan akan muncul, beban hidup akan cepat berlalu, akan ditemukan jalan keluar mudah.
Keikhlasan akan membuat kita berpikir positif, berpikiran cerah tentang masa depan. Easy going dalam menjalani hidup, kesemuanya diawali dari pemikiran kita. Memang bukan hal yang terbilang mudah, namun jika kita mempunyai niat kuat untuk terus mengejar impian, maka menjadi hal yang biasa. Ketulusan hati adalah kuncinya. Milikilah hati seperti anak-anak, yang penuh dengan senyuman, tanpa iri dengki, atau menginginkan jabatan tertentu, ingin disanjung, semua terjadi dengan sendirinya, dari pandangan orang lain terhadap kita.
Penilaian yang paling obyektif berasal dari lingkungan, lingkungan bisa membuat kita sukses, juga bisa menghancurkan impian, bersahabatlah dengan lingkungan dan alam, dan berikan hati, kasih yang ikhlas kepadanya, maka lingkungan dan alam pun akan bersambut sesuai dengan yang kita berikan. Namun, jika lingkungan tak mendukung, atau bahkan menjauhi Anda, jangan menyerah tetap berbuatlah sesuai hati nurani, pancarkan kebajikan dengan tulus. Suatu saat pada saat yang tepat, lingkungan akan mengerti dan bisa menerima keadaan tersebut.
Kata mutiara dari peristiwa di atas, janganlah menyanjung diri sendiri, merasa paling baik, hebat, dan mengingikan sesuatu yang bukan milik kita, meski dipaksakan hasilnya juga tidak akan maksimal sesuai keinginan, sebaliknya akan membebani kita sendiri, karena selalu terfokus dan memikirkan impian tersebut. Impian dan tujuan yang salah akan membuat diri menjadi salah meski terkadang terbungkus dengan tampilan luar yang cantik.

Tidak ada komentar: