Minggu, 08 Mei 2016

Katamu aku bukan siapa siapa

2013 lalu pagi hari aku mendapat peringatan :"Kamu bukan siapa siapa, kamu belum ada apa apanya masih perlu banyak pengawasan, didikan, kontrol, masih kekanak kanakan." Apa yang kalian rasakan jk dengar kata kata itu, marahkah, sedihkah, sakit hati? Dengan pendidian tinggi magister diberi kata2 spt itu. Aku hny bs maaf sembari tersenyum dalam hati. Tak perlu berlama dlm sedih kecewa tidak. Itu menjadi cambukan, motivasi bagi saya untuk buktikan bahwa kata2 itu hny lelucon dan hny gurauan orang iri. Asyik masih ada yg perhatian. Hingga buah kesabaran itu kupetik, tepat tanggal 2 mei 2016 hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas, ku bisa masih berdiri dengan karya ku, 2 sekaligus. Ini buah dari orang yang blm ada apa2, bukan siapa2. Bkn kesombongan yg kupegang prinsip, tapi harga diri, tak ingin lagi disetir, diperintah. Aku hny khan membantu tulus orang2 yg bs menerima menghargai kurang lebih ku, bukan hny liat sisi kurangku saja. Sore hari nya setelah jam doa, penantian berbuah dengan surat kemenangan, ada pengakuan tak menunggu lama harus menanti ratusan purnama seperti di tempat lama penuh luka krn ada yg tak mendukung dan tak mengijinkan ku utk mencerdaskan anak bangsa. Menganggap remeh bukan siapa siapa. Padahal sempat juga di masa lalu nya ada juga sempat tak ada satu dukungan untuknya, apakah ini taktik politik, atau balas dendam? Atau aku yang terlalu rapuh, liar, dan merasa merana padahal ku ingin selalu tersenyum kuat setegar karang. Aku ingin teriak, menangis, marah tapi tak tau kucurah pada siapa, aku sudah tak punya hati, karena sempat kudianggap, lalu teroesir dan dijatuhkan segala asaku, seperti gelas kaca yang pecah, tak ads lg sisa dan tak bisa diperbaiki, mati hatiku. Tapi di tengah orang2 baru dengan ritme santai, bebas, kumulai bangkit tersenyum, dan kuperbaiki lagi rangkaian puzzle kehidupanku. New life new adventure.

Jumat, 19 Februari 2016

Promosi Buku Metode Riset untuk Ekonomi & Bisnis

Promosi buku Metode Riset untuk Ekonomi & Bisnis karangan saya Albert Kurniawan. Bagi yang membutuhkan bisa hubungi saya, harga normal Rp 45.000,-. Wilayah Bandung bisa sistem antar. Bila butuh banyak, bisa diberikan diskon potongan harga,

Kamis, 04 Februari 2016

Renungan 5 Februari 2016

Renungan Jumat Pagi. Sebuah pepatah lama mengatakan, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Bagaimana bila guru kencing berlari? Kelakuan sang murid sudah pasti akan lebih parah lagi. Jika murid terlambat, maka murid bs membuat alasan guru nya jg sering telat. Perumpamaan tersebut memang untuk menggambarkan betapa harus berhati-hatinya orangtua dalam mendidik anak, karena anak adalah cermin dari orangtuanya. Anak akan memantulkan dengan jelas apa yang telah orangtuanya lakukan baik sembunyi atau terang-terangan. Jika saat kecil anak dididik secara keras, tegas, maka anak akan menurunkan jg pada generasi berikutnya. Ada sebuah kisah tentang keluarga dgn dua anak, orang tua anak dididik dgn keras, maka dia perlakukan sama, anak2 harus pintar, prestasi kuliah tinggi. Berbagai macam kursus, les pelajaran, musik. Namun dari dua anak tersebut penanggapan dgn dua hal berbeda, seiring jaman dan bertumbuh dlm komunitas, di saat pencarian jati diri, anak pertama merasa seperti dikurung di rumah, dipenjara, suatu hari ia memilih kebebasan. Namun kebebasan yg tak mampu terkendali, dan tersalurkan dgn cara salah. Orang tua mulai emosi marah, merasa tak berhasil mendidik, sejak kecil ibu sekolahkan, didik, tp knp km mengecewakan. Jawab sang anak pertama aku tak kuat, ibu selalu sibuk, tak pernah ada waktu untukku, ku selalu disibukkan dgn keinginanmu untuk les dan belajar, ku ga suka, Sekarang keinginanmu sdh terpenuhi hingga ku sarjana, ku mencari jakanku sendiri. Pribadiku sendiri. Si ibu langsung marah dan sedih, dia terus membawa pergumulan hidup dlm butiran2 doa tiada henti siang malam. Akhirnya si ibu berpasrah pada Tuhan, introspeksi, menyadari permasalahan komunikasi saat anak pertama kecil kurang, sang anak jg menurun sifat keras. Perlahan si ibu berbicara dari hati ke hati dgn anak, dan percaya dgn apa yg dilakukan tnp ada lg tuntutan, sebab apa yang dulu menurutnya baik blm tentu baik bagi sang anak. Jaman sdh berubah, lingkungan telah mengubah pribadi anak. Semoga kita mampu mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak yang baik, jauh sebelum ia dilahirkan, yaitu dengan terus berusaha menempa diri kita menjadi calon orangtua yang mengerti dan peka dengan talenta anak, ,mengarahkan dgn baik, tak memaksakan keinginan dan kekerasan hati. Karena, cermin pada diri tak akan berbohong tentang bayangan diri sendiri, mau diubah spt apa, tetap kembali ke sifat dasar orang itu sendiri.