Cinta Yang Berdarah
Ini ceritaku. Seharusnya keluarga adalah pondasi awal untuk hidup bermasyarakat. Apa yang kudapat dalam keluargaku. Sejak kelahiranku, aku tak dianggap oleh ayahku. Ia sangat membeciku, karena bagiku aku adalah penyebab meninggalnya ibu. Ibuku meninggal saat melahirkanku. Menurut pembantu rumah, Bi Surti aku lahir di tengah malam, dengan cuaca yang sangat buruk hujan deras dan petir menyambar. Tak ada dokter yang mau membantu persalinan ibuku, hingga terpaksa memanggil ibu bidan tua, ibuku sudah tak kuat hidup, ibuku mengalami pendarahan hebat hingga kehabisan darah dan meninggal.
Waktu kecilku aku menangis setiap ayahku marah dan memukul karena kesalahan yang kecil, karena tak mau makan, atau hanya karena tak menuruti perintahnya dan dilakukan dengan cepat. Bukan karena pukulan fisik yang membuatku sakit hati, namun lebih sakit karena ucapanku yang sering dia ucapkan bahwa aku anak pembawa sial, pembunuh. Itu ucapanku ayah ketika aku membuat kesalahan. Beranjak dewasa aku menjadi semakin terbiasa.
Secara psikologis, aku menjadi lebih rentan, aku cenderung takut, introvert, dan pemalu. Ini semua karena kekerasan ayah selama bertahun-tahun. Aku pun tak diijinkan ayah untuk keluar, bersosialisasi, setiap hari, guru privat datang ke rumah untuk mengajari aku berbagai ilmu mulai dari politik, sastra, ekonomi, matematika, ya aku anak home scholling.
Aku merasa beruntung, semua fasilitas tersedia, rumah besar, dengan kolam renang tepat ada di bawahku, begitu bangun aku mendapat ketenangan oleh birunya air di dalam kolam itu, sesekali pagi hari aku sempatkan berenang untuk menjaga stamina tubuhku. Ayahku menyediakan satu pembantu, yaitu Bi Surti. Ia dengan sabar, merawatku layaknya seorang ibu. Bi Surti sering bercerita tentang sosok ibuku. Ia begitu cantik, ramah, dermawan, dan lembut, sangat sayang pada ayahku, pantas saja ayahku begitu tidak ikhlas kehilangan sosok ibuku.
Di siang hari, aku belajar bersama guru privatku, Pak Riswan, ia masih terbilang muda, lulusan IKIP, sekolah guru, umurnya saat itu sekitar 20 tahun saat aku belajar dengannya. Ia mengajarku berbagai ilmu dasar, yang paling kusuka darinya, adalah ilmu psikologi. Tempat favorit untuk belajar adalah gazebo (bangunan dari kayu) beralas tikar, dan jamuan teh jahe hangat yang disediakan Bi Surti menemani ku saat belajar . Darinya aku belajar banyak tentang pribadi seseorang, kenapa orang bisa menjadoi sangat keras, dan marah, itu karena kekecewaan, dan aku posisikan ayahku sering marah karena marah, sedih, dan kecewa keras atas meninggalnya ibu.
Belakangan perangai ayah menjadi berubah layaknya monster, ia menjadi amat kasar, bukan lagi dengan fisik, namun kata-kata, ia katakan bahwa aku pembawa sial, penghacur rumah tangga, atau pembawa sial, semua bernada kasar dan negatif. Tak jarang sisi melankolis ku bergejolak kuat, aku ingin menangis, untunglah Pak Darman selalu menenangkan ku dan berpesan untuk selalu mendoakan nya, Pak Darman selalu berpesan sebenarnya yang paling kasihan adalah ayahmu karena ia menyakiti dirinya dengan melampiaskan ke anaknya. Kelakuan nya bertambah umur makin aneh, sering membawa perempuan muda, berpakaian seksi, dan tertawa becanda , bermesraan di dalam kamar mewahnya, rumah besar ini sekarang tak beda seperti sarang PSK. Terakhir ada dua perempuan dijadikan menjadi simpanan di rumah, dan kumpul kebo, tanpa ada ikatan pernikahan resmi.

Kegelapan hati mengisi ruangan hidup ayahku, hari demi hari makin sering menghina dan memarahiku. Mendidik ku dengan cara kasar dan kejam, tanganku sering lebab, punggungku juga lecet karena cambukannya. Aku makin keras dan bersikukuh dengan pendirianku, tak jarang aku mulai berani melawan apa yang diucapkan ayahku. Kata-kata negatif yang keluar dari mulut bandot tua itu kusangkal, kata-kata bodoh, pembawa sial kukembalikan.
Aku tak bermaksud kurang ajar, yang kutakutkan adalah ketika kata-kata petuah ayahku akan menjadi kenyataan, aku percaya kata-kata diucapkan akan menjadi doa. Ketika cambuk melayang ke atas badanku, aku hanya bisa menahan tangis, aku berusaha memperlihatkan bahwa aku kuat, aku perkasa menahan segala kekerasan fisik padaku, namun yang kulawan hanya kata-kata kasarnya saja. Semakin kata-kata nya kusangkal dan tolak, makin kejam juga perlakuan fisik ayah padaku.
Hampir tiap malam, dengan sabar Bi Surti mengobati lebab hasil kekerasan ayahku, Bi Surti mengompres luka-luka dengan air hangat, dan mengoleskan obat, belum juga luka lebab lama pudar, muncul lagi luka baru. Aku masih mampu menahan dengan sedikit meringis ketika dioleskan obat, sakit hati ku yang lebih perih adalah dari kata-kata negatif ayahku. Rasanya menyakitkan hatiku, Sungguh pedih

Suatu malam, ketika Bi Surti mengobati luka-lukaku, ia bercerita tentang masa muda ayah. Ia bercerita, ayahku adalah orang yang kaya, terpandang, ramah, dan dermawan. Jiwa sosial nya tinggi, setiap bulan rutin menyantuni anak-anak yatim di panti asuhan “Kasih” . Ia juga orang pengertian dan yang paling dihormati adalah para perempuan yang membantu ia sukses, pertama adalah ibu nya, istri, dan pembantu setianya, orang yang sedang bercerita, Bi Surti. Dalam melangkah, ia terlebih dahulu meminta saran dari ketiga orang terpenting dalam hidupnya. Kebahagiaan itu dengan cepat terenggut, ayah menjadi berubah total ketika istrinya meninggal. Ia sangat sedih dan kecewa, karena setelah usia pernikahan di usia 10 tahun, baru dikaruniai anak, dan akhirnya nyawa ibu terenggut dengan pengorbanan melahirkanku.
Sekarang aku mengerti, terkadang benar juga kata ayah, aku pembawa sial. Namun kucoba tepis semua itu. Aku terus belajar dan membaca dengan serius buku-buku yang dibawakan Pak Riswan ke rumah. Aku sangat menyukai buku-buku bertema Psikologi dan kepribadian manusia. Ilmu yang menyenangkan dan menantang diperdalam, karena bersifat abstrak, tak mudah diterka dan ditebak, bisa didekati dan dikenal lewat hati, bahasa kasih, dan komunikasi. Semua itu membawaku ada hasrat dan impian untuk menyelamatkan dan mengembalikan sikap ayah di masa sebelum aku ada di dunia. Mampukah aku membantu ayahku keluar dari lingkaran kemaksiatan yang dibentuknya sendiri karena kekecewaan dan kesedihan mendalam? Ia mencoba memunafikkan dan melarikan diri, memanipulasi dirinya, menjadi pelarian dari masalah.
Dalam malam-malamku aku berharap untuk mampu menyelesaikan masalah kepribadian ayahku. Namun kadang terbesit rasa sakit hati karena ulah kekerasan fisik, dan kata-kata yang menstimulusi dan meracuni otakku ini. Pak Riswan selalu berpesan untuk dapat membuka diri, melepaskan kepahitan, rasa sakit hati, dan memaafkan ayah. Orang yang paling harus kukasihi dan diselematkan bukan ayahku secara fisik, namun keadaan psikologi ayahku. Pernah suatu saat Pak Riswan memberikan saran, membawa teman dan gurunya seorang Psikolog perempuan, namun aku urungkan niatnya. Aku terkadang berpikir aku juga butuh bantuan psikolog untuk menyelamatkan batinku, namun sekarang aku belum terlalu membutuhkan karena ada Pak Riswan yang menjadi guru sekaligus motivator hidup untuk bertahan hidup sejak usia 8 tahun, sudah hampir 15 tahun ia membimbingku.
Sampai suatu waktu Pak Riswan mengajakku bergabung di sebuah sekolah yang telah lama yang dirikan, sekolah dari tingkat PlayGroup (Pra sekolah) sampai SD, aku diajak untuk membantu mengajar anak-anak di level Pra Sekolah. Kata Pak Riswan aku paling cocok mengajar di tingkat itu, karena memiliki wajah yang baby face, dan ramah. Memang walau batinku terluka karena sakit hati pada ayahku, aku tak pernah tunjukkan sedikit pun wajah kesedihan atau sakit itu.
Keceriaan mulai mengisi hari-hariku, karena kesibukan mengajar dan bermain bersama banyak anak-anak. Kelas kecil yang muat untuk bergerak bebas dengan kapasitas 15 anak. Setiap hari bergembira, bernyanyi, mendongeng. Di kelas itu, aku bekerja bersama dua rekan yang lain, Miss Anne dan Miss Syiffa. Memang inilah pola pembelajaran di PlayGroup “Ceria” program kelas yang membiasakan anak-anak memanggil dengan nama Miss dan Mr. Program PlayGroup bilingual (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris). Kutemukan sisi lain kebahagiaan anak-anak, jauh berbeda dengan masa kecilku, terkadang di ruanganku menyalurkan kesedihanku lewat tulisan.
Kuharapkan tulisan-tulisan itu mampu menginspirasi dan menggugah para anak-anak utuk kreatif, dan menyalurkan hobby nya. Program yang kubuat efektif , banyak yang terinspirasi dengan tulisanku dan mengikuti jejakku. Kusiapkan beberapa papan untuk menempel hasil karya anak-anak. Dari banyak tulisan, ada satu tulisan yang berkesan, kulihat penulis nya adalah Gerdy. Tulisan nya benar-benar polos dan lugu, menceritakan sisi kehidupan dunia pemulung, setiap hari sepulang sekolah ia menjadi pemulung membantu ibunya, di pagi harinya, berjualan Koran dengan mengambil koran dari loper dekat sekolah, dan membantu berjualan kue di sekolah. Walau usia nya belum genap 8 tahun, namun sudah pandai bercerita. Kesehariaan yang sederhana, dan hanya tinggal bersama ibu nya di sebuah rusun tua.
Sebuah gambaran realita kehidupan berbanding jauh dari kehidupanku yang serba kecukupan. Dalam keterbatasan, dan kesulitan hidup, dapat kuamati kehidupan Gerdy lebih bahagia , memiliki ibu yang menyayangi dirinya, saling membantu, dan berusaha bangkit untuk terus hidup, meski berat menjalaninya, mereka berdua menginspirasiku untuk terus bersyukur dan tersenyum. Aku dekatkan emosi ku pada dua orang itu, anak dan ibu. Hubungan batin yang tak pernah kudapat sepanjang hidupku. Ada rasa bangga, sedih, dan senang melihat kehidupan mereka, kesalutan untuk berkorban, tersenyum, adalah anugerah terbesar dalam hidup. Aku bersyukur, Pak Riswan membentuk aku untuk menjadi pribadi baik, dewasa, dan memperkenalkan ke dunia sosial yang kompleks. Banyak pengalaman yang kudapat dari sekolah “Ceria”.
Dalam kebisuan hari-hariku, ku mencari sesuatu harapan baru tentang cinta. Masihkah ada keharmonisan? Masih adakah ikatan kekeluargaan? Dalam sepanjang hidupku ini belum pernah kurasakan ada ikatan cinta dalam keluargaku sendiri, sebaliknya kutemukan arti keluarga dari orang lain. Aku terkadang menyesal dan bertanya, mengapa terlahir dari keluarga yang seperti ini, serba keterbatasan emosi, penuh dengan keegoisan masing-masing. Memiliki dunia nya masing-masing, tidak ada pembicaraan yang berarti dan mampu mempersatukan.
Malam menjadi teman dan sahabatku, terkadang tak kusadari air mata menetes, entah apa yang kupikirkan aku tak pernah tau, mungkin ini hasil kumulasi dari rasa penyesalan dengan kondisi keluarga ku, Salahkan ya Tuhan, bila aku tak bisa bersyukur? Hanya momen-momen tertentu saja yang mampu mempersatukan kami, itu pun hanya sesaat, sebelum kembali kepada urusan masing-masing, dalam keegoisan.
Sampai suatu peristiwa membuatku tersadar , di dunia ini tak ada yang sempurna, ketika kupampang gambar-gambar terbaruku bersama ayah, ada juga yang merasa iri dengan kebahagiaan ku, tapi mereka tak pernah tau bagaimana proses pengorbanan cara berkomunikasi yang begitu alot, layaknya memakan daging yang kurang matang, begitu sakit, tidak mengenakkan.
Ketika orang bertanya apa cita-cita dan harapan ku, aku hanya mengatakan, ingin tenang. Dalam hal ini ketenangan mengandung banyak makna , tenang yang sepi, hanya ditemani samar-samar iringan musik jazz atau klasik era Mozart tenang. Yang lain memiliki keluarga yang harmonis, menghangatkan, tak ada pertengkaran, semua menjadi terkontrol. Aku hanya ingin menyendiri di suatu tempat, sambil sesekali menuliskan bait-bait dan syair tentang hidup dan kegalauan hati banyak orang.
Tenang yang terkahir adalah kembali pada-Nya dalam keheningan dan kebisuan, tenang kembali menjadi tanah dan debu. Bukankah kodrat manusia, dari debu menjadi debu. Seharusnya beberapa bulan lalu aku telah menjadi debu, namun takdirku berkata lain, aku terselamatkan dari kecelakaan sepulang mengajar dari sekolah. Aku tak mengingat jelas kronologi kecelakaan itu, menurut cerita Bi Surti yang didapat dari informasi pihak rumah sakit dan polisi, mengatakan aku di bawa ke rumah sakit oleh supir taksi yang menemukanku, tergeletak di jalan, aku terlempar cukup jauh, penyebab nya simpang siur, ada yang melihat kejadian, aku mencoba menyelip sebuah truck pengangkut pasir, ada juga yang mengatakan aku ditabrak truck itu. Sampai sekarang, aku juga masih belum dapat mengingat kejadian itu.
Setelah mendengar info itu, dengan cepat ayahku lari ke rumah sakit. Nyawaku hampir tak tertolong, aku kehabisan banyak darah, dan kebetulan ayahku memiliki golongan yang sama. Dia mendongorkan darahnya untukku, anak yang tak pernah disayang, selalu dihujati kata-kata kotor. Aku juga mengalami mati suri selama hampir 24 jam, namun akhirnya aku terselamatkan kembali namun dalam keadaan koma. Kecelakaan yang parah. Setelah itu, ayahku dengan setia menemani dan menjagaku, menangisi keadaan ku, hingga sampai suatu hari, kanker yang sudah menggerogoti tubuhnya memasuki stadium tinggi karena ia memikirkan keadaan ku, kurang istirahat, sampai siatu hari ayah meninggalku selamanya ketika aku dalam keadaan koma.
Dan sekarang ketika aku kembali sadar, yang tersisa hanyalah darah ayah yang merasuk bercampur darahku, secarik kertas yang menceritakan betapa sayangnya ia padaku, namun karena kepahitan di masa lalu akibat perbuatan keras ayahnya, ia lakukan hal serupa juga padaku. Dalam suratnya ia juga mengucapkan kata permintaan maafnya, telah menghujani ku dengan kata-kata kasar. Aku bersyukur karena sebelum kecelakaan aku masih sempat berfoto, berjalan bersama ayah meski keaadaan tetap kaku, dan dingin. Aku tak pernah menyangka itu adalah momen terakhir bersamanya.
Sekarang aku tinggal bersama Bi Surti, dan baru saja, Gerdy dan ibunya kuajak tinggal bersamaku di rumah besar. Ternyata Tuhan menghadiahkan mereka berdua sebagai pengganti ayahku. Sering juga Pak Riswan dan keluarga mengunjungiku, kami sudah seperti keluarga.
Selamat jalan ayah, semoga kau tenang di dunia keabadian bersama ibu,
Ananda
Ryan
2 komentar:
Inspirasi kisah nyata
HALLO BOSS YUK DAFTARKAN SEGERA DI DOMINO206.COM JUDI ONLINE TEPERCAYA & AMAN 100% !
SANGAT MUDAH MERAIH KEMENANGAN TUNGGU APALAGI AYO BURUAN DAFTARKAN BOSS ^_^
UNTUK PIN BBM KAMI : 2BE3D683/WA(+855 8748 0626) SILAHKAN DIADD YA:-)
DOMINO206.COM MENYEDIAKAN 7 PERMAINAN BOSKU
- ADUR-Q
- DOMINO99
- BANDAR-Q
- POKER
- BANDAR POKER
- SAKONG
- CAPSA SUSUN
UNTUK BANK KAMI : BCA-BRI-BNI-DANAMON-MANDIRI
KAMI TUNGGU KEHADIRAN BOSS YA^^
Posting Komentar